Kamis, 09 Januari 2014

Impian berbanding realita

Sejak di Sekolah Menengah Pertama saya sudah menjadi seorang pemimpi. Tingkat imajinasi di atas rata-rata rekan saya yang membuat saya menciptakan berbagai hal aneh dan unik dalam bentuk karya seni. Seperti orang-orang pada umumnya saya memiliki sebuah mimpi. Mimpi besar seorang anak ingusan yang sedang mencari jati diri. Mimpi yang mungkin akan membentuk pribadi bahkan masa depan yang masih tanda tanya. Mimpi yang terlalu hebat sampai perlu pengorbanan. Mimpi yang membuat air mata berlinang untuk mencapainya dan mimpi yang belum tercapai sampai saat ini.
Mimpi saya adalah untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Saat saya di Sekolah Dasar saya suka sekali mengoceh sendiri seperti pandai berbahasa asing. Berbagai kalimat yang tidak jelas apa artinya saya keluarkan dari mulut kecil saya (inilah yang menyebabkan kebiasaan saya yaitu suka mengoceh yang tidak jelas di alam bawah sadar dan di dengungkan di lingkungan sehingga saya seringkali di anggap orang aneh). Saya berangan-angan untuk bisa berbahasa asing dan akhirnya saya mengikuti kursus bahasa inggris bersama guru SD saya( Beliau masih mengingat saya walaupun saya sudah agar lupa tentang beliau. Ada kesenangan tersendiri saat diingat seseorang. Saya berharap bukan hal buruk yang beliau ingat dari saya :p). Waktu demi waktu berlalu saya akhirnya mulai bisa mengoceh memakai bahasa inggris. Sedikit senang tapi masih belum puas (jujur saya adalah orang yang sangat ambisius). Sepatah demi patah kata mulai saya hapal. Tata bahasa mulai dikuasai. Walaupun mulut masih belum berlogat seperti orang asing tapi saya selalu pede dengan apa yang saya keluarkan dari mulut saya. Lagu demi lagu mulai di hapal. Kalimat demi kalimat di tulis. Waktu semakin berlalu dan sampai akhirnya saya memasuki Sekolah Menengah Pertama. Di sekolah saya dulu berbasis RSBI(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang sekarang di Indonesia status RSBI tersebut sudah di hapus. Senang bertemu dengan para pendidik yang luar biasa. Tangisan mulai terjadi. Kesulitan disaat belajar dua kali. Belajar teori dan bahasa inggris karna rata-rata pelajaran menggunakan bahasa inggris untuk penjelasan maupun ujian. Satu hal yang sangat menghibur saya yaitu pelajaran bahasa inggris(walaupun saya juga sangat mengukai saat berhadapan dengan fisika). Guru saya adalah guru yang sangat luar biasa. Beliau yang mengajarkan saya berbagai hal. Mulai dari praktek yang menyenangkan dan juga teori yang sangat menarik(entah mengapa beliau bisa membuat kami tertarik pada teori padahal biasanya teori itu susah!). Sangat senang dan kemampuan bahasa inggris saya baik praktek maupun tertulis berkembang dengan sangat pesat. Akhirnya saya menuju ke Sekolah Menengah Atas sampai sekarang saya masih kecewa dengan apa yang terjadi. Yang terjadi adalah saya merasa kembali ke masa kelas 1 SMP. Pelajarannya seperti kembali menjadi anak yang tak tau apa-apa. Bukannya meremehkan tapi saya merasa seperti bayi yag sudah bisa makan nasi tapi tetap di beri bubur. Tidak berkembang sama sekali saya malah semakin mundur rasanya(saya juga tidak menyalahkan guru saya tapi saya juga memiliki kesalahan yang fatal, yaitu mengikuti arus begitu saja. Membiarkan diri hanyut sehingga kembali ke titik awal). Saya merindukan pengajaran seperti waktu SMP yang membuat saya berkembang dan dikenal guru-guru. DI perhatikan satu per satu seperti saat SMP sehingga berkembang bakat saya. Wajar saja saya mendapatkan nilai yang tertinggi saat ujian semester(bukannya sombong tapi memang soalnya sangatlah mudah) dan kecewanya saya lagi nilai yang tertulis di rapot saya tidak sesuai dengan hasil yang saya capai(sangat mengecewakan!). Di dera dengan rasa kecewa tanpa sadar saya mulai melupakan mimpi saya. Hanyut di bawa arus ke masa  SMA yang menyenangkan. Di kelas sebelas ada satu pelajaran yang menarik yaitu bahasa jepang( saya adalah penggemar komik jepang!). Senang punya kesempatan untuk berbahasa asing, tapi sayangnya saya tidak terlalu lancar mempelajarinya dan harus berhenti karna guru saya tak bisa mengajar lagi (akhirnya kamus, buku bahasa jepang saya wariskan ke sepupu saya yang sangat menyukai jepang dan bermimpi untuk bisa ke sana. Semoga mimpinya terwujud!). Saya mulai tertarik kepada satu bahasa dan mulai kembali ke mimpi terbesar saya. Saya mencoba untuk mempelajari bahasa jerman (saya adalah orang yang suka mencoba-coba, rasa penasaran saya sangatlah tinggi) dengan kaka tingkat saya. Setelah lumayan lancar memakai bahasa tersebut sangat di sayangkan kaka tingkat saya tersebut harus menempuh pendidikan ke jerman. Saya merasa terpacu melihat dia yang bisa pergi ke sana dan mendapatkan beasiswa juga. Impian saya mulai muncul dan berapi-rapi lagi. Saya menceritakan impian saya ke keluarga saya dengan penuh harapan mereka setuju. Sangat di sayangkan dan membuat saya ingin menangis saat menulis ini. Saya tidak di ijinkan untuk pergi keluar negeri. Rasa jiwa saya hancur,marah,kecewa, dan frustasi. Itu adalah impian terbesar saya ! Kenapa malah seperti ini. Saya mulai marah dan ngambek. Sifat anak kecil saya muncul kembali. Saya masa bodo dan tak mau mendengarkan nasihat. Mnutup telinga tidak ingin mendengarkan nasihat yang saya rasa tidak berguna. Teman saya juga mulai menasihatkan. Saya masih menutup telinga. Ya, keras kepala begitulah saya. Sekali ya tetap ya ,mau tetap mau! Tetapi hati saya mulai melunak mengingat firman Tuhan yang berkata hormatilah kedua orang tuamu. Mau bagaimana lagi. Mereka orang tua saya. Apapun yang mereka katakan adalah yang terbaik untuk saya. Saya harus menyimpan impian saya dahulu(kalau mengubur bisa lupa nanti, dan ini MIMPI BESAR yang tak boleh di kubur) dan berencana melanjutkan kuliah di Indonesia saja. (Saya akan menghadapi ujian pada April 2014 ini :( semoga lulus dengan nilai di atas 9 karna untuk masuk ke universitas negeri harus tinggi nilai, saya agak kesal dengan sistem pendidikan negera ini yang memberatkan).




Begitulah pengalaman saya. Tidak ada salahnya bermimpi selama mimpi itu gratis. Saya tidak pernah menyesal bermimpi setinggi-tingginya kalau jatuh ya paling ke awan di bawahnya, yang berarti standar mimpi saya masih tinggi :p). Janganlah menjadi egois karna mimpi kita. Pikirkanlah juga dampaknya. Mungkin baik bagi kita tapi belum tentu bagi orang lain. Pemikiran setiap manusia berbeda karna manusia di ciptakan dengan otak yang cemerlang dan dengan sangat teliti oleh Tuhan. Realita memang terkadang menyakitkan tapi ingat kita hidup d realita bukan mimpi. Yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan  mimpi kita hanyalah berdoa dan bekerja. Selanjutnya adalah bagian Tuhan. Biar kita hidup menurut aturanNya saja karna rencanaNya lebih indah daripada rencana kita. Jangan kapok untuk bermimpi! God bless!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Show Me The Stars Template by Carly Lloyd Designs