Rabu, 11 November 2015

tulisan untukmu, iya kamu.

Untukmu yang sedang berjuang

Hei kau pemuda pemudi bangsa
Pernahkah kau merasa tertekan?
Pernahkah kau kehilangan harapan?
Pernahkah kau berhenti berjuang?
Apa saja yang sudah kau berikan untuk bangsamu?

Hei kau seorang pelajar
Berapa tetes air mata yang kau korbankan demi pendidikanmu?
Berapa banyak goresan hati pada saat para pendidik menolak usahamu?
Berapa banyak bulir keringat yang kau korbankan demi meraih ilmu?
Berapa malam yang kau korbankan untuk begadang?
Berapa lembar kertas yang kau habiskan?
Berapa banyak uang yang kau hamburkan?

Hei, kau seorang anak
Berapa banyak waktu yang kau buang bukan untuk keluargamu?
Hal apa saja yang membuatmu menentang keinginan orang tuamu?
Pernahkah engkau memberontak kepada ayahmu?
Pernahkah kau kasar pada ibumu?
Pernahkah kau merasa lebih dewasa dan pintar dari orang tuamu?

Hei, kau seorang teman
Pernahkan engkau menghianati seruan persahabatan?
Apakah sahabat itu berharga?
Apa kau merasa dapat hidup sendiri tanpa teman?
Ataukah ada penghiatan yang temanmu lakukan?

Hei, kau seorang kekasih
Benarkah rasa cintanya cukup untukmu?
Diakah masa depanmu?
Sanggupkah kau menghabiskan hidupmu bersamanya?
Sanggupkah engkau bertahan bersamanya?

Hei, kau. Iya,kau. Kau dirimu sendiri
Kau merasa tidak percaya diri
Kau merasa terkucilkan
Kau merasa tidak mampu
Kau terjatuh, terjatuh dan terjatuh lagi


Hei, kau
Kau adalah pemuda pemudi bangsa,pelajar,seorang anak,teman,kekasih dan dirimu sendiri
Kau memang bukan siapa-siapa
Bahkan dalam benakmu selalu meluncur kenegatifan tentang segalanya
Kau akan terjatuh, terjatuh dan terjatuh
Tapi kau adalah pembawa harapan
Setiap tempaan pukulan bagi batinmu
Adalah seberkas harapan untuk bangsa ini
Setiap tetesan keringatmu
Adalah tetasan pembangun bangsa ini
Setiap langkahmu
Adalah tuntutan bagi bangsa ini
Terjatuh, bangkit, terjatuh,bangkit
Terbentur, dibentuk, terbentur, dibentuk
Berjuang,gagal,berjuang, gagal
Berhasil,berbuah, berhasil,berbuah
Sampai engkau menutup matamu
Hingga berakhirlah perjuanganmu sebagai pemuda pemudi bangsa,pelajar,seorang anak,teman,kekasih dan dirimu sendiri.
Biarkan namamu terkenang bukan hanya menjadi orang biasa
Tapi terkenang sebagai "pembawa perubahan"

Senin, 20 Juli 2015

kisah janji pahit

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan teman lama saya.
Sampailah kepada satu obrolan menyangkut masa lalu.
Jadi, dulu teman saya dan saya pernah menjalin hubungan dengan pria(tentu saja orangnya berbeda) yang sama adalah posisi di saat kami meninggalkan para pria ini bersikeras akan menunggu kami untuk kembali lagi kepada mereka. Mereka bilang akan tetap menunggu walaupun sudah ada yang menggenggam erat tangan kami. Tetap menunggu sampai terlepas genggaman itu.
Kejadian yang teman saya alami sudah sekitar dua tahun yang lalu. Saya sempat salut dengan pria itu. Memang seperti terlihat bodoh, di saat kau melihat wanita yang kau cintai bersama orang lain. Kamu menunggu saja sendiri sambil berharap suatu hari dia akan kembali.
Tapi, saya menghargai pria itu (pada awalnya, kenapa pada awalnya?tunggu kisah selanjutnya) karena dia membuktikan apa yang dia ucapkan dia akan menunggu wanita itu. Untuk saya teman saya termasuk wanita beruntung karna ada yang begitu mencintainya, yang menantinya sampai segitunya..

Kisah saya.
Saya tertawa dan menolak saat pria itu berkata kepada saya dalam hati saya, saya berfikir, "Tidak mungkin, kuatkah kau menunggu selama itu? Sedangkan untuk mendapatkan gelar dokter ini saja perjalanan panjang masih saya harus tempuh. Omong kosong, bullshit."
"Ahh, carilah yang lain saja, saya tidak mau sudah sama kamu" jawabku
Pria itu memohon dan membujuk, mulai dari sudah yakin dan lain-lain.
Semakin membujuk semakin realistis saya berfikir "Kuliah dulu yang benar!!! Makan tuh cinta!"
Selama beberapa hari dia terus meneror dan menghubungi saya trus. Tapi bodohnya (maafkan saya kasar, saya rasa ini benar benar bodoh dan tidak dewasa) selain sosial media line, semua sosial media saya dia hapus. Aneh kan? Katanya cinta tapi main menghapus semua akun saya.
Disitu saya tidak respek.
Memang sih tidak ada artinya akun sosial media, tapi itu salah satu tolak ukur zaman sekarang.
Saya marah dengan dia.
Sebelum saya memutuskan hubungan dengan dia, saya dekat dengan seorang pria,tapi hanya sebatas hubungan kaka tingkat dan ade tingkat.
Kami tau batasan kami masing-masing. Tapi, di saat hubungan saya hancur, saya berlari kepada kaka tingkat tersebut.
Dia segera menyatakan kepada saya, tapi saya merasa tidak enak.
Baru putus beberapa hari, kok sudah nerima. Saya menunda menerimanya akhirnya.

Entah mengapa darimana pria itu tau dan kesal dengan saya. ( Saya heran mengapa orang-orang kesal, wajarlah selama masih muda kita mencari orang yang pas dengan kita. Salahkan berganti dan mencoba? Guru saya pernah berkata, Selama masih muda carilah yang mana yang cocok dengan.hati sebanyak mungkin. Jangan stuck di satu orang saja. Jadi banyak pengalaman dan ketika tua, sudah tau cara menghadapinya)
Dia lalu mencari wanita lain. Lalu pergi bersama wanita tersebut.
Haha
Lucu
Kan
Memang
Sih
Saya
Yang
Ninggalin
Tapi bullshit kan semua janjinya jadinya
Bohong belaka semuanya kan
Dia lebih cepat jadian dengan yang baru dengan saya.
Dari situ saya menilai bahwa dia bukanorang yang pantas untuk saya.


Lanjut ke cerita pria yang dengan teman saya.
Akhirnya pria ini mendaptkan tambatan hatinya yang baru setelah dua tahun.
Jujur saya kecewa,karna pria ini tidak menepati janji dengan.teman saya, tapi saya lebih salut dengan pria ini daripada si bullshit yang satunya. Dia berhasil menunggu selama dua tahun, dua tahun bukanlah waktu yang lama.

Balik lagi ke cerita awal di saat saya bertemu dengan teman saya.
Setelah mengobrol lumayan panjang, teman saya berkata "Ya,menang omongan laki-laki ga ada yang bisa dipegang. Janji palsu semua."

Intinya adalah.....
Jangan berjanji dan berkata kata manis kalua kamu tak bisa membuktikannya.
Wanita tidak sengaja pergi untuk dikejar. Wanita pergi karna sudah lelah. Wanita memang tidak lagi akan kembali atau mengharapkan dia lagi,tetapi sebagai lelaki peganglah janjimu sampai kau tak sanggup lagi. Sampai batas akhir menyerahmu ( bukan dalam waktu seminggu ya menyerahnya).

  

Senin, 06 Juli 2015

Salah pilih bukan berarti salah langkah

Saya adalah mahasiswa semester 2 (tahun ini akan naik menjadi semester 3). Saya sangat menyukai pelajaran fisika sejak saya duduk dibangku SMP. Cita- cita saya masuk ke fakultas teknik. Fakultas teknik umumnya dipenuhi oleh kaum laki-laki, tapi saya tidak peduli. Pokonya saya mau masuk sekolah teknik. Sejak kelas satu SMA saya terus meningkatkan nilai pelajaran fisika saya. Saya suka fisika dan saya bisa fisika. Nilai saya selalu bagus sampai akhirnya saya lulus. Sebelum lulus saya mulai mencari universitas "cadangan" dimana saya memilih salah satu universitas ternama di Jakarta jurusan Teknik Informatika dan Matematika. Saya diterima dan mendapatkan beasiswa potongan uang masuk. Sungguh senang hati saya. Impian masuk untuk masuk fakultas teknik semakin dekat. Saya melanjutkan mendaftar salah satu Universitas negeri di Malang. Setelah menghitung nilai dan peluang masuk saya yakin saya pasti dapat di Teknik Tatakota atau Fisika. Saya cinta teknik saya cinta fisika. Waktu pun berlalu, Ujian Nasional sudah saya lewati dan tiba pengumuman universitas tersebut. Saya tidak dapat! Di situ saya menangis dan kecewa rasanya. Teman saya yang selalu bolos bahkan nilainya kurang dari saya malah dapat. Hmm. menyebalkan. Aku kesal sudah belajar mati-matian. Aku kesal! Tapi saya tak menyerah. Tinggal di Palangkararaya membuat saya harus berangkat ke luar kota untuk test lagi. Pilihanku jatuh pada kota Bandung. Saya jatuh cinta pada kota ini karena kaka saya dulu berkuliah di sini. Liburan pun sering saya lalui di kota ini. Nekat, saya berangkat untuk test di universitas negeri mengambil teknik pertambangan. Beberapa waktu berlalu dengan harapan yang sangat besar aku berharap.... tapi apa daya saya tidak diterima lagi.. waktu semakin berlalu dan sudah dekat bulan Agustus. Saya merasa frustasi. Tidak dapat dimana-mana. Saya hampir saja packing mau ke universitas swasta. Kemanapun tempat kuliahnya yang penting teknik! Tapi, orang tua saya tidak mengijinkan untuk kuliah di universitas swasta. Terpaksa saya mendaftar Ujian Masuk Bersama(UMB) di universitas lokal. Saya sudah hilang arah, ga tau lagi harus berbuat apa, tapi tetap pilih fakultas Teknik.
Entah mengapa hati saya berkata lain. Hati ini menyarankan untuk mendaftar juga di fakultas kedokteran. Saya lama berfikir kenapa ya saya ingin daftar di kedokteran? Saya ga suka biologi. Saya lumayan jago kimia tapi itu gara-gara mau masuk fakultas teknik. Setiap pelajaran biologi di SMA saya pasti tidur. Tidak peduli guru sampai kesal saya tetap tidur di depan guru saya ( I'm sorry for my mistake, sir. :( menyesal rasanya tidak menghargai bapak, betapa bodohnya saya saat SMA dulu). Saya juga takut darah. Saya tidak bisa melihat kecelakaan, pasti nangis melihat darah. Jarum suntik adalah hal yang saya takutkan dari dulu. Saya pernah menangis tiada henti saat dirawat di rumah sakit. Saat akan dipasangkan jarum infus saya berontak karena saking takutnya hingga salah cucuk berkali-kali. Saya penyakitan. Tiap bulan pasti sering terserang sakit apapun. Saya tidak pernah mau masuk fakultas kedokteran. Walaupun saat mos papan cita-cita saya tertulis "ingin menjadi dokter" tapi itu tidak benar. Saya tidak tau ingin jadi apa, jadi saya mencontek papan cita-cita teman saya. Daripada kosong dan dimarahin. Saya mengikuti test fakultas teknik dan kedokteran. Dan saya diterima kedua-duanya. Di sini saya dilema, apakah memilih universitas swasta yang pasti terkenal dan di luar kota? Atau bertahan universitas lokal antara  fakutas teknik atau kedokteran.






Entah kerasukan apa, saya memilih dengan nekat tidak berangkat ke Jakarta. Saya malah memilih fakultas kedokteran. Sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan dan saya benci. Awal masuk rasanya seperti di nereka. Berada di tempat yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya dan bukan cita-citamu itu mengerikan. Berat hati saya menjalani semuanya. Saya mau fakultas teknik tapi entah mengapa saya memilih fakutas kedokteran.
Waktu pun berlalu entah mengapa saya menjadi suka berada disini. Membaca buku-buku tebal, memghapal bahasa latin sangat menyenangkan. Walaupun saya harus memulai dari awal memahami karena dasar saya lemah. Saya harus berjuang untuk lebih baik dari teman-teman saya yang sudah mempersiapkan diri untuk berada di fakultas kedokteran. Lambat laun kebencian saya terhadap biologi pudar. Lama-lama saya tidak takut lagi dengan darah bahkan terobsesi dengan darah. Jarum suntik pun seperti mainan bagi saya. Kesehatan saya menanjak membaik, saya jarang sakit. Saya malah menikmati hal yang tidak pernah saya bayangkan dan saya bahkan benci dulu.
Sekarang saya masih dalam tahap mahasiswa. Masih panjang lagi perjalanan saya untuk meraih gelar dokter. Masih banyak lagi malam tanpa tidur, ilmu yang harus diserap dan keterampilan yang harus saya pelajari. Saya menikmati semua ini. Salah pilih bukan berarti salah langkah. Salah pilih malah bisa mengarahkan anda kemana seharusnya anda melangkah.

Mengapa manusia seperti ini?

Manusia adalah makhluk yang unik. Bahkan susunan otak manusia bisa berbeda satu sama lain, tapi fungsi fisiologis tubuh umumnya sama antara satu dan yang lain. Manusia perlu makan, minum, berolahraga, beraktivitas, bekerja, tidur dan lain-lain. Sebagian kegiatan manusia dilaksanakan oleh sel tubuh manusia sendiri. Satu hal yang dibutuhkan manusia dalam hidup... yaitu berinteraksi.
Tentu dalam berinteraksi manusia membutuhkan manusia lain. Komunikasi tidak akan terjalan dengan baik tanpa hubungan timbal balik antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya walaupun manusia membutuhkan banyak waktu sendirian, manusia tetap membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Manusia takkan lahir tanpa hubungan antara kedua orang tuanya. Beberapa manusia memiliki saudara sejak lahir walaupun sendiri. Saat masih bayi, otak dan tubuh manusia akan terus dirangka dengan berbagai interaksi yang membuat manusia tumbuh dan berkembang dan memiliki berbagai kemampuan. Interaksi dalam hidup manusia adalah suatu hal alamiah, yang tidak dapat dihindari sama sekali. Manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya itu pasti, tapi setiap individu pasti memiliki kesamaan dan perbedaan.
 
Akhir- akhir ini saya merasa bahwa manusia sering menggunakan kata perbedaan dalam menjatuhkan orang lain. Di Indonesia sendiri memiliki berbagai suku dan budaya. Beda daerah beda juga sikap dan tingkah laku. Kadang perbedaan suku dan budaya malah menjadi perpecahan. Ih.... suku itu kasar, ih.. suku itu suka makan orang... Ih... suku itu pelit..... Ih... suku itu selera tinggi. Berbagai macam ejekan yang keluar saat melihat perbedaan, beberapa orang selalu menjudge tanpa pikir panjang. Terjadi perang saudara padahal satu tanah air. Apakah seseorang dapat memilih lahir di mana atau mendapatkan suku apa? Apakah ada yang memilih untuk dibesarkan dengan adat dan kebiasaan apa? Tidak ada suku yang hebat, tidak ada suku yang jelek semuanya bagus dan memiliki keunikan masing-masing. Haruskah keunikan itu malah menjadi cacian empuk bagi yang tidak respek?

Hal yang paling terlihat adalah saat memiliki perbedaan agama. Beberapa orang pikirannya tidak terbuka, bahkan mengejek agama lain secara terang-terangan. Kebodohan terjadi di mana-mana termasuk media sosial. Media sosial jika sedikit saja menyinggung soal agama, banyak manusia yang seolah-olah seperti ahli-ahli agama yang bermodalkan "baca kitab suci seadanya" mengejek, menyinggung bahkan mencaci maki. Ada beberapa akun yang malah sengaja dibuat untuk bertengkar soal agama. Segitu hancurkah sikap saling mengharagai bangsa ini. Tuhanmu adalah Tuhanmu, salahkan saya menyembah Tuhan yang menurut kalian berbeda? Tidak ada yang benar tau dengan pasti agama mana yang benar. Semua orang memilih menurut KEYAKINANnya. Apa yang dia percaya biarlah menjadi urusan dia. Toh, tidak ada agama yang jelek kan? Tidak ada agama yang mengajarkan perpecahan semua pasti mengajarkan kedamaian. Hargailah agamaku jika ingin kami menghargai agamamu. Nah.. ini salah menurut saya. Kenapa tidak dengan kalimat Hargailah agama yang lain tanpa meminta dihargai terus menerus. Orang yang memiliki iman dan pikiran terbuka tak akan minta dihargai terus menurus baru menghargai. Orang yang hormat akan menghargai terlebih dahulu. Jangan sembunyikan kasih tetapi lakukanlah kasih tanpa meminta orang lain mengasihi anda.

Akhir-akhir ini ada masalah yang sangat serius terjadi. Pernikahan sesama jenis dilegalkan di suatu negara. Saya pribadi tidak setuju dengan hal ini. Banyak sekali kontra yang saya lihat di media sosial, langsung secara tidak langsung. Bahkan menghina dengan kata-kata kasar. Menurut saya perbedaan presepsi banyak mengenai hal ini, tapi walaupun tidak setuju bisakah tidak menggunakan kata -kata kasar? Bukankah penghinaan itu menandakan bahwa sebenarnya anda terlihat lebih rendah dari mereka? Kita tidak suka bukan berarti kita menghina perbedaan mereka. Terimalah dan tegurlah dengan kasih. 


Terus terang saja kadang saya sedih melihat media sosial dan internet dipenuhi dengan kata-kata kasar bahkan menghina. Anak kecil malah yang banyak melakukan, tak jarang juga orang yang seharusnya sudah dewasa, berfikiran maju dan berumur tua malah seperti orang yang  tidak berpendidikan. Sebegitu bobrokkah potret jaman sekarang? Apakah segalanya penuh dengan hinaan dan kata-kata kasar? Mengapa manusia seperti ini? Apa yang salah dalam kehidupan itu sehingga kebencian begitu mudah tersulut antara satu yang lainnya? Mengapa?
 

Show Me The Stars Template by Carly Lloyd Designs